Membahas penyebab korupsi memang seperti membahas ayam dan telur, mana yang duluan muncul? siapa yang lebih dulu bertanggung jawab?
Saya senang artikel dengan judul 'Terbiasa Membiarkan Korupsi' ternyata mendapat tanggapan yang berbeda, pro dan kontra. Saya sengaja memberi contoh hal kecil, seperti pengurusan SIM dan KTP, karena pada dua kejadian tersebut, kemunculan perantara atau makelar yang muncul di antaranya dianggap hal wajar.
Ada yang beranggapan, makelar SIM/KTP adalah hal lumrah karena memang keberadaannya dibutuhkan. Ada pula yang beranggapan bahwa orang yang memanfaatkan situasinya alias si makelar tetaplah bagian dari korupsi, karena posisi makelar dalam proses pembuatan SIM/KTP itu semestinya ilegal.Tetapi muncul, karena adanya kerjasama dengan pihak orang 'dalam', dan karena adanya kesempatan. Seperti juga makelar kasus. Mereka ada karena ada pihak yang mengijinkan itu terjadi.
Mungkin ada yang berpendapat, adalah hak warga negara untuk mendapat kemudahan pengurusan SIM. Tetapi mungkin juga kerumitan ini diperlukan karena tentunya Polantas tidak menginginkan banyak pengemudi yang tidak tahu rambu lalu lintas, sehingga mengakibatkan kecelakaan.
Atau bagaimana dengan pengurusan KTP yang banyak dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang memang menjadi mudah, tetapi jangan heran kalau banyak yang memiliki KTP double. Yang penting ada duit 200-300 ribu! Padahal semestinya mengurus KTP hanya membayar biaya administrasi yang kecil.
Kita mungkin bisa protes juga kepada pemerintah, kenapa yang semestinya mudah jadi dipersulit, apakah karena memberikan kesempatan adanya praktek korupsi atau kecurangan? Bukankah sekarang jamannya komputerisasi? Kenapa tidak diterapkan?
Membahas asal mula proses korupsi memang seperti membahas ayam dan telur, mana yang duluan muncul?
Jadi, menurut Anda, mana yang mestinya disalahkan?
Pemerintah yang mempersulit proses atau masyarakat yang malas mengikuti prosesnya atau perantara yang memanfaatkan situasi?
Siapa yang memberi kesempatan terjadinya kecurangan?
sumber:
0 komentar:
Posting Komentar