Titip Ibuku Yaa Allah


"Nak, bangun... udah adzan subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja..."

Tradisi ini sudah berlangsung beberapa tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat. Kini usiaku sudah 25 tahun dan aku jadi seorang Pegawai Negeri Sipil pada salah satu Kabupaten di Provinsi Gorontalo, tapi kebiasaan Ibu tak pernah berubah. "Mama... ndak usah repot-repot Ma, saya dan adik-adikku udah dewasa." pintaku pada Ibu pada suatu pagi. Namun wajah tua itu langsung berubah.

Pernah suatu ketika, saat aku baru menerima gaji pertama dari hasil keringatku sebagai Pegawai Negeri Sipil, aku mengajak mama makan siang disalah satu restoran di Gorontalo. sebagai ungkapan rasa syukurku dan juga terima kasih. Setelah menghabiskan makanan, buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama ini dengan hasil keringatku. Namun saat tiba di kasir, kasir mengatakan bahwa ibuku telah membayar semua menu yang ku pesan, bahkan sudah dibayar sebelum aku dan mama tiba di restoran tersebut. “ahh, mama, kali ini saja izinkan saya membahagiakan mama, tapi kenapa mama yang udah bayar menu,?” begitu tanyaku saat itu. Raut sedih pun terlihat dari wajahnya mama yang makin lama makin menua

Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca... orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak..... ah, tapi entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa-apa.

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya. "Mama, maafin saya kalau telah menyakiti perasaan mama. Apa yang buat mama sedih?" Kutatap sudut-sudut mata Mama, ada genangan air mata di sana.

Terbata-bata Mama berkata, "Tiba-tiba Mama merasa kalian tidak lagi membutuhkan mama. Kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kalian, Mama tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa kalian lakukan sendiri"

Ahh, Ya Allah, ternyata buat Mama... bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.

Diam-diam aku bermuhasabah... Apa yang telah kupersembahkan untuk Mama dalam usiaku sekarang? Adakah Mama bahagia dan bangga pada putera putrinya? Ketika itu kutanya pada Mama.

Ibu menjawab "Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kalian berikan sama Mama. Kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Mama. Kalian berprestasi di pekerjaan adalah kebanggaan buat Mama.

Setelah dewasa, kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat Mama. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua."

Lagi-lagi aku hanya bisa berucap "Ampunkan aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada Mama. Masih banyak alasan ketika Mama menginginkan sesuatu."

Betapa sabarnya Mama-ku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang tenaga pendidik di Sekolah Dasar, seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan mama-ku untuk "cuti" dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada pembantu. Tapi tidak! Mama-ku seorang yang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang Ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun.

Pukul 3 dinihari Ibu bangun dan membangunkan kami untuk Sholat Subuh. Menunggu subuh Mama ke dapur menyiapkan sarapan sementara aku dan adik-adik sering tertidur lagi...

Ah, maafin kami Ma’... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat Mama lelah.. aku sebagai laki-laki bertanya dalam hati “Sanggupkah aku ya Allah?”

"Nak... bangun nak, udah azan subuh .. sarapannya udah Mama siapin dimeja.. "

Kali ini aku lompat segera... dan segera menuju ke dapur dan makan bersama. Kuperhatikan,terlihat wajahnya begitu gembira ketika menyaksikan aku makan dengan lahapnya. Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan... Nggak tahu karena gengsi atau apa, atau nggak berani mengatakan secara langsung, dalam hatiku bergumam “Cintaku ini milikmu, Ma... Aku masih sangat membutuhkanmu... Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat Dirimu...”

Dalam perjalanan ke tempat kerja, kuluangkan menulis status di akun twitter dan mengirim SMS kepada mama, “Terimakasih Ma’, aku beruntung sekali memiliki Ibu yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan Mama hingga saat mama lanjut usia...", tak lama berselang mama pun menelpon “Iya nak, hati-hati dijalan yaaa....” hanya itu saja yang disampaikan mamaku, namun kekuatan kata-kata itu begitu besar hingga memacu semangatku untuk terus berkarya.

Pagi itu, sebelum aku mengawali kerjaku aku tak lupa menyempatkan diri berdoa, "Ya Allah, cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan mama, dan jika saatnya nanti mama Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil"

****

Sahabatku...
Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "aku sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai karena Allah. Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita... Ibu dan ayah walau mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.

Percayalah.. .. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
Wallaahua'lam...
Ambara, 22 Juli 2010 
Category: 4 komentar

4 komentar:

piNi nOuNa keCiL mengatakan...

brccuran air mata kku stlah mmbca crhatn ntu ..
nn m.watt kkuh smkin sdarr btpa pnting arti kbhgiaan tuk IBU ..

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Steven Shinoda Polapa mengatakan...

@ Mbak Pini,, thanks yaaaa....
@ Anonim: tulisan anda juga?? wah,, makasih kLo begitu.. tapi setidaknya anda mengirimkan kembali link yg pernah ada dgn yg begini...

Anonim mengatakan...

Ya Allah, cintailah ibuku, cintailah ayahku, karena mereka mencintaiku dengan seluruh hidupnya. Beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ayahku. Dan jika tiba saatnya nanti satu persatu Kau panggil, terimalah dan jagalah mereka disisiMu. Ya Allah, ... titip ibu dan ayahku. Ampuni dosa-dosanya, sebagaimana mereka tidak pernah mengingat kesalahan-kesalahanku. Juga ampuni dosa-dosaku.

Posting Komentar